Kecewa

Deni mencak-mencak. Suaranya parau menahan amarah. Ia tak terima, merasa dikhianati, bahkan diasingkan. Padahal, dulu ia adalag orang penting di kubu Joni, Bos Besar. Sementara Asrul hanyalah pendatang baru yang mendadak jadi orang dekat Joni. Nyaris di setiap momen, Asrul hadir dan tampak begitu dekat.

Kini, Deni mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. Ia bertekad untuk melawan sebisa mungkin. Bahkan, tak jarang ia lebih terlihat angkuh dari mereka yang disebutnya kurang ajar itu. Entah apa yang merasukinya.

*

Jelang pemilihan berlangsung, Deni tampak gelisah. Maklum, ia hanya punya sedikit modal. Money politic menjadi pilihan terakhir yang sulit ia hindari. Mungkin karena ia tak punya pilihan cara, atau karena keluarga dan teman² dekatnya kerap dibuat kecewa. Meski terus menebar optimisme, Deni tak bisa menutupi kekhawatirannya.

Hari itu adalah hari Pemungutan Suara. Pukul 22.00. Deni tampak mondar-mandir dari satu TPS (Tempat Pemungutan Suara) ke TPS lain. Ia dan puluhan calon dan para relawan calon lainnya tampak memadati kota kecil itu. Bukan tanpa alasan, penghitungan suara memang masih berlangsung.

Ada wajah sumringah, tak sedikit yang kusut menahan cemberut. Deni salah satunya. Seraya menahan marah, ia berusaha mencari jalan pintas. Tampaknya ia sadar, kemungkinan akan gagal. Beberapa orang ditelpon, nominal uang disebutkan tanpa perhitungan. Deni sedang mencari jalan menjatuhkan pesaing terdekatnya, Pak Jono.

*

Singkat kata, Deni tertunduk, kalah.

*

Deni adalah gambaran menyedihkan para pengejar kekuasaan. Ia, anda, nyaris semua orang pernah kecewa. Tak bisa dipungkiri, kalah adalah momen yang menyesakkan dada. Bukan lagi rahasia, kalau tak sedikit orang² sakit karena ambisinya sendiri.

Bisa jadi Deni adalah kita, saya, anda.

Jelang Pemilu 2019, jaga diri anda.

Karang Agung, 27 Oktober 2018

#SalamKopi

Leave a comment